Ketiga mahasiswa UI itu adalah Teddy Heriyanto, Yahya Dimas Zakaria, dan Yolanda Rudy Johan. “Penelitian di bawah bimbingan Dosen Tenik Mesin UI Doktor Ario Sunar Baskoro," tutur Kepala Humas dan KIP Universitas Indonesia Rifelly Dewi Astuti baru-baru ini.
Rifelly menjelaskan bahwa kapal yang diberi nama Milkfish Fertilizer Ship (MFS) ini diproyeksikan mampu membantu lebih dari 110 ribu pekerja tambak bandeng di Indonesia untuk meningkatkan jumlah dan kualitas ikan bandeng.
“Selain itu, MFS juga mampu mempersingkat durasi penebaran pupuk yang sebelumnya memerlukan waktu sekitar 6 jam namun dengan menggunakan kapal tersebut bisa lebih efisien berkisar 4–4,5 jam,” ujar Rifelly baru-baru ini.
Menurut Rifelly, MFS diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh para pembudidaya ikan bandeng, di antaranya pemberian pupuk yang berlebihan.
Hal lain yang bisa diatasi yakni tidak meratanya pendistribusian pupuk serta jejak kaki penyebar pupuk yang dapat merusak struktur tanah. “Permasalahan tersebut berujung pada buruknya kualitas ikan bandeng.”
Ketua tim penelitian, Teddy Heriyanto, menuturkan status budidaya bandeng di Indonesia menunjukkan prospek yang baik. Namun sayangnya, biaya yang dikeluarkan untuk budidaya ikan bandeng tergolong masih cukup mahal. “Hal ini dikarenakan pakan yang digunakan bukan pakan alami (pellet),” ucap dia.
Berangkat dari permasalahan tersebut, kata Teddy, timnya memutuskan untuk menciptakan alat yang mampu menebar pupuk dengan merata yang berimplikasi pada tumbuh suburnya pakan alami atau klekap pada tambak.
Selain itu alat ini juga mampu mencegah rusaknya struktur tanah akibat penyebaran secara manual dan semakin mengefisienkan waktu penyebaran pupuk.
“Dengan memakai MFS, pupuk tambak akan terdistribusi dengan baik sehingga tanah tambak tumbuh subur dan menghasilkan pakan alami Bandeng yang berupa klekap, lumut, dan plankton untuk ikan bandeng,” tutur dia.
Rifelly menambahkan alat yang berbentuk kapal dua hull ini diharapkan mampu meningkatkan budidaya ikan bandeng tanpa mengeluarkan biaya yang cukup mahal. “Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan mampu mendukung peningkatan program kerja Pemerintah dalam roadmap Pembangunan Kelautan dan Perikanan 2015-2019.”
Sumber Berita dari : TEMPO.CO, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar